Laporan Perkembangan Rumi untuk Donatur LM & Friends

Jakarta, 15 November 2010

Dear Donatur

Loving Moms dan Sahabat Loving Moms,

Assalamualaikum, Salam Sejahtera

Panitia Dana Kasih Loving Moms & Friends (LM & Friends) untuk Rumi (2 tahun) ingin mengucapkan terima-kasih tak terhingga atas bantuan dan kasih yang telah diberikan untuk terapi kesembuhan dan mendukung rencana operasi Rumi yang didiagnosa menderita craniosynostosis. Kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya atas tertundanya informasi tentang pelaksanaan operasi Rumi yang seharusnya dilaksanakan pada bulan Juni 2010 yang lalu.

Sejak kunjungan LM pada tanggal 4 Juli 2010 ke rumah Rumi di Bandung untuk menyerahkan sumbangan Kasih LM & Friends langsung kepada Eka dan Mas Andri, ibunda dan ayahanda Rumi, hingga saat tulisan ini dibuat Panitia terus berkomunikasi dengan intens dengan Eka bunda Rumi untuk mendapatkan update berita Rumi, terapi-terapi yang dilakukan dan langkah-langkah yang diambil untuk persiapan operasi.  

Untuk memberikan update terbaru sekaligus silaturahmi, Minggu 14 November 2010, Rumi diajak oleh bundanya, Eka dan ayahnya, Mas Andri ke Jakarta untuk bertemu dengan Loving Moms. Pertemuan berlangsung di Izzi Pizza, Pancoran dihadiri oleh Dewi bunda Icha & Keya, Nia bunda Kayla & Atha, Yuno bunda Fara & Fira, Yannie mom Matthew & Jayson dan Gerda mom Belle. Dan inilah update yang ingin kami sampaikan kepada para donatur, Loving Moms dan sahabat LM. 

Rencana operasi tidak berjalan lancar sesuai jadwal. Sedianya dijadwalkan pada tanggal 4 Juni mundur ke bulan Juli 2010 dan seterusnya dan hingga saat ini belum terlaksana. Alasan penundaan operasi hingga lima bulan adalah padatnya jadwal dari dokter yang akan melakukan operasi sambil menunggu kedatangan seorang dokter ahli rekonstruksi kepala dari luar negeri yang dapat membantu proses operasi.

Dalam proses menunggu, Rumi menunjukkan perkembangan yang kurang baik yang membuat Eka, sang bunda dan juga keluarganya khawatir. Keadaan tersebut dikonsultasikan oleh Eka ke beberapa dokter dan untuk itu Rumi kembali menjalani banyak pemeriksaan yang berhubungan dengan perkembangannya. Hasil dari pemeriksaan tersebut, Rumi mengalami keterlambatan perkembangan yang memerlukan tindakan terapi yang intensif dan harus segera dilakukan.

 Seperti yang dijelaskan oleh Eka dengan panjang lebar di email terlampir, keluarga akhirnya berkesempatan bertemu seorang dokter ahli cranio dari Cranio Center Australia yang memeriksa Rumi saat beliau berada di Jakarta. Diagnosa dari dokter ahli cranio tersebut sungguh mengejutkan karena berbeda dengan diagnosa dari dokter-dokter sebelumnya yang menyimpulkan Rumi adalah kasus Craniosynostosis. Dokter ahli cranio tersebut mengatakan kasus Rumi adalah kasus ketidak-sempurnaan otak, volume otak Rumi tidak normal, terlalu kecil dibanding ukuran normal. Diagnosa dokter tersebut : kasus Rumi adalah kasus Microcephalus.

Masih menurut dokter tersebut, untuk membantu perkembangan otak Rumi dalam keadaan tidak sempurna seperti itu yang diperlukan bukan operasi, namun bantuan berupa terapi intensif yang harus diiringi dengan pola pengasuhan khusus untuk mengatasi masalah neurologis atau syaraf. Untuk meminimalisir gangguan perkembangan yang mungkin terjadi, dokter meminta keluarga untuk berkonsultasi dengan dokter syaraf karena hal itu berkaitan dengan masalah gangguan syaraf akibat ketidak-sempurnaan otak yang dimiliki Rumi. Dimana terapi intensif dan pola pengasuhan seperti itu harus dilakukan dengan konsisten, membutuhkan biaya besar dan komitmen jangka panjang. 

Pendapat dokter ahli cranio tersebut membawa Eka dan Mas Andri pada kebingungan dan kebimbangan yang amat besar. Mereka mencari lagi pendapat dokter ahli berikutnya di Bandung. Singkat kata dengan mempertimbangkan semua masukan yang ada, doa-doa khusuk setiap hari, proses pemikiran dan pergulatan batin yang panjang dan menukil jauh ke dalam hati nurani Eka dan suaminya, sebagai orangtua yang sangat ingin kondisi Rumi menjadi lebih baik dan tetap berada bersama mereka, akhirnya Eka dan suami memutuskan untuk mengikuti saran dari dokter ahli tersebut dan mundur dari rencana operasi untuk kemudian fokus pada terapi intensif.

Program terapi yang dijalani :

Saat ini Rumi menjalani terapi okupasi 3 kali seminggu dan terapi wicara 2 kali seminggu. Ditunjang dengan kegiatan harian di rumah yang diprogram oleh terapis.

Untuk motorik kasar, Rumi diberikan jadwal kegiatan mingguan yang diharapkan dapat mengurangi kekakuan dan ketidak-stabilan gerakannya dengan berenang dan aktifitas outdoor secara rutin setiap minggu dan latihan-latihan fisik yang dapat dilakukan sendiri di rumah. Untuk keseimbangan Rumi, Rumi harus belajar renang minimal satu minggu satu kali. Untuk latihan berjalan di air.

Dokter juga meminta keluarga untuk mendaftarkan Rumi ke playgroup untuk melatih respon sosialnya. Rumi baru mencoba sesi trial. Eka menyadari selama menunggu jadwal operasi, Eka memang hanya melatih Rumi di rumah. Ini disebabkan karena proses terapi itu cukup mahal, Eka kuatir muncul banyak biaya lain diluar persiapan operasi. Ternyata hal itu yang membuat perkembangan Rumi menjadi kurang baik.

Jadi keputusan keluarga Rumi saat ini adalah mundur dari operasi dan melanjutkan semua terapi yang dibutuhkan untuk mendorong perkembangan Rumi maksimal dalam keadaan otaknya yang tidak sempurna. Keluarga akan terus berkonsultasi dengan dokter ahli cranio dari Australia tersebut dan dokter anak spesialisasi neurologis di Bandung untuk meng-evaluasi perkembangan otak Rumi agar apapun disfungsi yang muncul dan bila ternyata didiagnosa mengarah pada kondisi yang memerlukan tindakan operasi, dapat segera diketahui. Dan jika ada indikasi ke arah membahayakan, maka dokter akan memberi tahu keluarga bahwa operasi harus dilakukan.

Ketika Eka mengabarkan tentang keputusan akhirnya sebagai orangtua Rumi kepada Panitia Dana Kasih Rumi, tentu saja kami menghargai dan mendukung keputusan tersebut. Eka dan Mas Andri sebagai orangtua yang sudah menjalani semua proses panjang tersebut, berjuang demi Rumi,  mendampingi dan mencintai Rumi disetiap detiknya, maka hanya Eka dan Mas Andri sebagai ibu dan ayah Rumi lah yang paling tahu dan berhak untuk memutuskan tindakan terbaik untuk Rumi, untuk keselamatan dan masa depan Rumi.  Malahan sebagai sesama ibu kami ikut bersyukur bahwa Rumi tidak harus melewati operasi di bagian kepala yang beresiko tinggi. Kami percaya bahwa semua ini kehendak Allah yang memberikan jalan terbaik untuk kesembuhan dan masa depan Rumi.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa Dana Kasih yang telah berhasil dikumpulkan Loving Moms & Friends untuk Rumi belum tentu cukup untuk semua terapi intensif jangka panjang yang akan dijalani Rumi, maka yang bisa kami lakukan adalah memberikan support moral dan doa demi kesembuhan Rumi dan agar Eka, ibundanya dan Mas Andri, ayah Rumi diberi kekuatan dan ketabahan untuk terus merawat dan membesarkan Rumi dan Rayan (kakak Rumi, 3.5 tahun).

Terkait kesiapan dan keiklasan Eka untuk mengembalikan dana kasih Loving Moms dan para donatur sahabat LM yang semula tujuan utamanya adalah membiayai rencana operasi Rumi selain juga untuk terapi kesembuhannya, maka kami dari Panitia disini memohon dengan rendah-hati, mengetuk pintu hati para donatur agar rela mengiklaskan dana kasih tersebut dipakai membiayai terapi intensif yang harus dijalani Rumi, karena terapi-terapi tersebut membutuhkan biaya yang besar dan harus dilakukan dengan konsisten dalam jangka panjang. Disamping masih terbuka kemungkinan untuk menjalani operasi suatu saat jika keadaan dianggap membahayakan bagi Rumi.

Sekalipun kami berharap sepenuh dan berdoa agar para donatur juga bersepakat dengan Panitia untuk mendukung dana kasih Rumi dipergunakan untuk menjalani terapi intensif tersebut, kami siap berdiskusi jika mungkin ada keberatan atas penggunaan dana kasih LM & Friends dengan skema seperti ini, mohon disampaikan kepada Panitia. Kami sangat berharap penjelasan ini dan juga email kronologi dari Eka bunda Rumi bisa diterima oleh para donatur dengan baik, karena niat kami tulus untuk membantu Rumi, kami percaya niat baik ini juga diridhoi Tuhan Yang Maha Pengasih.

Sekali lagi kami menyampaikan terima-kasih sebesar-besarnya atas bantuan kasih dan doa dari Loving Moms dan sahabat LM para donatur. Terima-kasih atas kepercayaannya kepada Loving Moms. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih memberikan berkat dan berkah melimpah kepada semua donatur yang murah hati. Amin.

Catatan:

  1. Kami sengaja tidak memasukkan nama dokter dan Rumah Sakit yang terkait, untuk menghormati setiap pendapat dan tindakan medis yang dilakukan. 
  2. Panitia Dana Kasih Loving Moms untuk Rumi berangkat dari niat tulus untuk membantu Rumi dan keluarganya yang masih akan menempuh jalan panjang melalui terapi-terapi intensif agar Rumi mempunyai masa kecil dan masa depan yang lebih baik meski dalam keadaan otak yang tidak sempurna. Karena itu kami sungguh berharap niat baik ini mendapat dukungan dari para donatur dan pihak-pihak terkait.
  3. Seraya memohon kepada Tuhan yang Maha Baik agar memberkati dan meridhoi niat baik ini, demi masa depan Rumi, kami memohon maaf sebesar-besarnya jika ada bagian dalam tulisan ini tidak berkenan dan menyinggung perasaan pembacanya.

 

Panitia Dana Kasih LM & Sahabat untuk Rumi

Let’s Share Our Love With Everyone

https://lovingmoms.wordpress.com/

 

© Dewi Ginting bunda Icha & Keya            

© Nia Octaviani bunda Kayla & Natha           

© Gerda Silalahi mom Christabelle            

© Yunorina bunda Fara & Fira                 

 *******************************************

 

 


Bandung, 10 November 2010

Kepada Yth:

Member Loving Moms dan

Para donatur Sahabat Loving Moms

Assalamualaikum…

Pertama-tama kami ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua member Loving Moms dan para donatur Sahabat Loving Moms yang sudah begitu baik membantu kami untuk mempersiapkan dana operasi Rumi. Setelah rencana operasi yang terus tertunda lima bulan sejak Juni 2010 karena padatnya jadwal dari dokter yang akan melakukan operasi (menunggu kedatangan ahli rekonstruksi kepala yang dapat membantu proses operasi).  Dalam proses menunggu, Rumi menunjukkan perkembangan yang kurang baik dan membuat kami khawatir. Keadaan ini  kami konsultasikan dengan beberapa dokter dan untuk itu Rumi kembali menjalani banyak pemeriksaan yang berhubungan dengan perkembangannya. Hasil dari pemeriksaan tersebut, Rumi mengalami keterlambatan perkembangan yang memerlukan tindakan terapi yang intensif dan harus segera dilakukan. 

Singkat kata, oleh ridha Allah kami dipertemukan seorang dokter yang justru membawa kami pada keputusan yang berbeda. Dengan pertimbangan semua masukan yang kami terima, doa-doa khusuk setiap hari, pemikiran dan pergulatan batin yang panjang dan hati nurani kami sebagai orangtua yang sangat ingin kondisi Rumi menjadi lebih baik dan tetap berada bersama kami, akhirnya kami memutuskan untuk membatalkan rencana operasi dan fokus pada terapi.  

Inilah kronologi yang kami ingin sampaikan sebagai bentuk pertanggung-jawaban kepada para donatur.

Setelah update terakhir keadaan Rumi yang semakin mengalami kemunduran dalam bicara, kami membawa Rumi ke ahli bedah syaraf yang akan melakukan operasi Rumi. Menurut beliau Rumi sudah mengalami gangguan neurologis yang berdampak pada perkembangan. Beliau meminta dilakukan rekam gelombang otak (EEG) dan CT Scan. Kami juga membahas tentang rencana pemasangan selang dan kekhawatiran kami akan dampak samping dari pemasangan selang tersebut. Namun beliau tetap ingin memasang selang dengan perhatian pada manfaat yang bisa diperoleh dan mengatakan aman dari efek samping.

Setelah EEG dan CT Scan, esoknya kami mendapat info tentang datangnya Dokter Ahli Cranio dari Cranio Centre Australia ke Jakarta. Kami menemui beliau dengan  niat ingin memperoleh pendapat tentang keadaan Rumi dan tentang rencana operasi. Ternyata beliau memiliki diagnosa yang sama sekali berbeda, bahwa Rumi bukan kasus craniosynostosis tapi kasus Rumi merupakan kasus ketidak-sempurnaan otak. Suturanya masih terbuka, tapi ukuran otaknya lebih kecil dari ukuran normal (microcephalus). Dengan sutura atau ubun-ubun yang masih membuka, kepala Rumi masih punya peluang untuk berkembang tapi tidak akan mencapai ukuran normal/tidak sempurna.

Perkembangan otaknya dengan keadaan seperti ini akan memerlukan bantuan berupa terapi intensif dengan pola pengasuhan khusus untuk mengatasi masalah neurologis atau syaraf. Untuk meminimalisir gangguan perkembangan yang mungkin terjadi, beliau meminta kami untuk berkonsultasi dengan dokter syaraf karena hal itu berkaitan dengan masalah gangguan syaraf akibat ketidak-sempurnaan otak yang dimiliki Rumi. Dimana terapi dan pola pengasuhan itu harus dilakukan dengan konsisten, membutuhkan biaya besar dan komitmen jangka panjang.

Beliau menunjukkan Gambar CT Scan 3 dimensi penderita cranisynostosis, memang berbeda dengan yang dimiliki Rumi. Jalur-jalur yang disebut oleh dokter sebelumnya menutup, justru disebut masih membuka. Bila sudah menutup, jalur-jalur itu sudah tidak tampak. Penjelasan tersebut sangat mengagetkan kami. Diagnosa itu sangat berbeda dengan diagnosa-diagnosa lain yang sudah pernah kami terima selama ini dari mungkin lebih dari sepuluh dokter bedah syaraf maupun syaraf yang pernah kami temui. Juga berbeda dengan resume yang pernah kami terima melalui World Craniofacial Foundation (WCF) yang mengatakan Rumi perlu mendapat tindakan rekonstruksi dan bahwa suturektomi yang pernah dilakukan pada Rumi tidak mengubah bentuk kepalanya yang abnormal akibat craniosynostosis. Kami kembali menghubungi WCF dan menyampaikan pendapat dokter ahli cranio Australia ke mereka. Menurut mereka, resume yang dulu mereka berikan hanya berdasarkan hanya CT Scan saja dan prosedur operasi sebelumnya. Jadi bisa dibilang incomplete. Dan mengingat reputasi dokter ahli cranio tersebut yang sudah mereka kenal baik, WCF mendukung diagnosa dokter tersebut karena sudah bertemu langsung dan memeriksa pasien dengan intensif. WCF menyatakan diagnosa dokter tersebutlah yang terbaik.

Selama dua tahun selalu mendengar diagnosa craniosynostosis dari lebih dari 10 dokter, tentu kami sangat bingung. Apa benar sutura Rumi masih terbuka? Semua pikiran-pikiran itu berseliweran di pikiran kami. Tindakan operasi yang pernah Rumi jalani adalah takdir dan juga semua hal yang sudah pernah kami lalui. Timbul pertanyaan, kalau saja pernah bertemu ahli cranio tersebut dari 2 tahun lalu, apa kami akan menjalani semua ikhtiar yang pernah kami jalani. Tapi semua sudah kami lalui. Tidak ada penyesalan, yang ada hanya rasa syukur dan terima-kasih kepada semua dokter yang sudah membantu Rumi, untuk semua tindakan medis yang telah dilakukan termasuk operasi pertama. Dan tentu, selalu merasa bersyukur pada Allah, bahwa Rumi masih ada disamping kami. Kami sangat menghargai semua bantuan dari dokter melalui operasi, para terapis melalui proses latihan yang panjang, dan tentu juga untuk Loving Moms dan Sahabat LM para donatur yang sudah membantu kami untuk menuju ikhtiar rencana operasi lagi.

Di Bandung kami menemui dokter anak spesialisasi neurologis yang kebetulan mengetahui tentang dokter ahli cranio dari Australia tersebut. Dokter ini dapat menerima pendapat bahwa Rumi tidak perlu dioperasi. Kondisi Rumi saat ini menurut dia merupakan benefit dari operasi sebelumnya dan proses intervensi syaraf yang pernah dilakukan. Namun setiap operasi, tentu ada resiko. Apalagi operasi di bagian kepala. Beliau memberi pandangan bahwa operasi dan tidak operasi sama-sama memiliki resiko untuk Rumi.

Dari sisi syaraf, operasi dipandang membantu untuk mengatasi gangguan itu. Jika tidak operasi,  yang harus dilakukan adalah tindakan intervensi terapi yang intensif dengan evaluasi yang ketat juga diharapkan dapat memberi manfaat yang besar. Tindakan terapi intensif harus segera dilakukan mengingat berdasarkan pengalaman beliau masih ada waktu hingga usia Rumi 5 tahun.

Berdasarkan hasil EEG yang dilakukan saat usia Rumi 18 bulan, kemampuan bicaranya setara dengan usianya. Dibandingkan dengan saat ini, tanpa bantuan terapi apapun, kemampuan bicara Rumi sudah tertinggal jauh dari usianya. Rumi memang mengalami proses kemunduran perkembangan. Ada gangguan fungsi yang bisa terlihat jelas dari cara dia bicara dan bergerak.  Begitu juga pada motorik kasar dan motorik halus. Atau disebut kemunduran perkembangan. Gangguan-gangguan itu masih mungkin terjadi selama anak belum menguasi seluruh fungsi motorik dan sensorik (sensori integrasi).

Beliau tidak bisa memastikan bahwa Rumi betul-betul dalam kondisi aman untuk tidak dioperasi, tapi beliau bersedia membantu untuk melakukan evaluasi supaya apapun disfungsi yang muncul dan didiagnosa mengarah pada kondisi yang memerlukan tindakan operasi, dapat segera diketahui. Kemungkinan yang tidak diharapkan dari perkembangan Rumi dengan kondisi tanpa operasi lagi, tentu masih ada. Dan beliau berpendapat, evaluasi yang ketat itulah yang menjadi pagarnya. Bila ada indikasi ke arah membahayakan, maka beliau akan memberi tahu kami, bahwa operasi harus dilakukan.

Aku melihat-lihat lagi foto Rumi beberapa minggu setelah operasi pertama terlihat kepalanya yang membulat (masih ingat bahagia banget saat itu). Terus aku melihat lagi keadaan Rumi sekarang. Dan perkataan Dokter saat kontrol pertama : “kamu sekarang “lasak” yah” (katanya itu bahasa melayu, artinya tidak bisa diam), dulu gerak matanya flat dan dengan keadaan otak tertekan seperti itu, tidak akan bisa jalan.

Aku ingat lagi kata-kata dokter ahli cranio tersebut bahwa  Rumi akan baik-baik saja, otaknya memang lebih kecil ukurannya dari ukuran normal. Rumi memerlukan pengasuhan khusus, cinta, sekolah, bertemu teman-teman. Aku tanya lagi : apa Rumi akan mengalami keadaan yang buruk, baik itu fisik, misalnya kelainan fisik dan wajah, lalu mental, keterbelakangan mental? Ahli cranio tersebut menggeleng, “No…. she will be fine”.  Terus diterangkan lagi bahwa Rumi akan memerlukan proses terapi khusus dan jangka panjang dengan pola pengasuhan yang khusus pula untuk membantu dia agar bisa seperti anak-anak lain, Rumi memerlukan bantuan untuk menuju perkembangan yang normal.

Terus terang sejak kemunduran jadwal operasi yang berlarut-larut membuat kami juga jadi bertanya-tanya, sebetulnya apakah ini memang suatu jalan dari Allah yang memperlambat untuk suatu maksud yang kami belum tahu. Dan entah kenapa tenaga kami untuk mendukung Rumi untuk menjalani operasi tidak seperti saat menuju jadwal operasi Rumi yang pertama. Ada perasaan takut kehilangan, ada perasaan akan selamatkah Rumi bila dioperasi? Jujur, itu yang kami rasakan. Setelah panjang berpikir dan berdoa, akhirnya kami mengambil satu keputusan. Seiring dengan belum jelasnya jadwal operasi Rumi dan pendapat dokter ahli cranio yang sangat bertolak belakang, akhirnya kami memutuskan untuk tidak operasi. Selain itu, dokter ahli cranio tersebut bersedia untuk terus memantau kondisi Rumi melalui email dan kunjungan yang dia lakukan setiap 6 bulan sekali ke Indonesia.

Dengan keputusan ini, aku dan suami memutuskan untuk memulai terapi okupasi 3 kali seminggu dan terapi wicara 2 kali seminggu. Ditunjang dgn kegiatan harian di rumah yang diprogram oleh terapis.

Untuk motorik kasar, Rumi diberikan jadwal kegiatan mingguan yang diharapkan dapat mengurangi kekakuan dan ketidak-stabilan gerakannya dengan berenang dan aktifitas outdoor secara rutin setiap minggu dan latihan-latihan fisik yang dapat dilakukan sendiri di rumah. Untuk keseimbangan Rumi, Rumi harus belajar renang minimal satu minggu satu kali. Untuk latihan berjalan di air.

Lalu dokter juga meminta kami untuk memasukkan Rumi ke playgroup untuk respon sosialnya. Rumi baru masuk sesi trial. Kami juga menyadari selama menunggu jadwal operasi, kami memang hanya melatih Rumi di rumah. Bukannya tidak ingin lanjut, tapi proses terapi itu cukup mahal, kami takut muncul banyak biaya lain diluar persiapan operasi. Ternyata hal itu yang membuat perkembangan Rumi menjadi kurang baik.

Jadi keputusan kami saat ini adalah mundur dari operasi dan melanjutkan semua terapi yang dibutuhkan untuk mendorong perkembangan Rumi maksimal dalam keadaan otaknya yang tidak sempurna. Kami akan terus berkonsultasi dengan dokter ahli cranio dari Australia tersebut dan dokter anak spesialisasi neurologis di Bandung untuk meng-evaluasi perkembangan otak Rumi agar apapun disfungsi yang muncul dan bila didiagnosa mengarah pada kondisi yang memerlukan tindakan operasi, dapat segera diketahui. Dan jika ada indikasi ke arah membahayakan, maka beliau akan memberi tahu kami, bahwa operasi harus dilakukan.

Terima kasih banyak buat semua dukungan dan doanya. Terkait dengan dana yang kami terima dari Loving Moms dan para donatur sahabat LM yang semula tujuan utamanya membiayai rencana operasi Rumi, seiring dengan keputusan kami untuk mundur dari operasi ini, kami bersedia dan ikhlas bila dana tersebut harus kami kembalikan.

Bagi kami, Insya Allah dana kasih ini merupakan amanah, yang kami pertanggung-jawabkan bukan hanya kepada para donatur tapi juga terhadap Allah. Insya Allah, kami pergunakan sebaik-baiknya demi kesembuhan Rumi. Kami akan sangat berterima-kasih jika masih diberi kepercayaan untuk menggunakannya demi terapi-terapi yang harus dijalani Rumi.

Sekali lagi kami mengucapkan sangat-sangat berterima-kasih atas bantuan dana dan dukungan moral dari Loving Moms dan sahabatnya para donatur. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberi balasan yang berlimpah.

Wassalam,
Eka Yuli Astuti bunda Rumi

 

Leave a comment